"Saya hamil, Pak!" "Apa? Mana mungkin? Saya tidak pernah menyentuh kamu, Kinan!" "Saya punya buktinya, Pak." "Tapi aku sudah menikah, Kinan." "Saya tidak peduli, yang saya butuhkan hanyalah ayah dari anak saya dan Anda, Pak." Pelik. Dan tanpa diduga, Indah, istri pertamanya, mengijinkan dirinya mendua. Menikah. Mungkin bagi sebagian besar orang merupakan awal kebahagiaan penyatuan dua cinta. Bagi Indah justru awal dari segalanya. Awalnya pernikahan mereka juga bahagia seperti kebanyakan orang, meski pernikahannya berdasarkan perjodohan orang tua. Sampai ujian itu datang. Indah harus rela berbagi dengan wanita yang mengaku dihamili oleh suaminya, Ayyas. Cerai bukan ide baik, perkara yang dibenci Tuhan dan aib keluarga. Tapi ia juga punya hati kan? Entahlah.