Siapa yang bisa melihat masa depan? baik buruk apapun itu bisa saja terjadi tanpa kita duga sebelumnya. Layaknya yg dialami Aina. Ia tak pernah mau hidup sendiri tanpa orangtua, dan bernasib buruk dalam kisah percintaannya. Begitupun dengan Ilham, tak pernah disangka Ilham akan berubah menjadi orang yang tak Aina kenal lagi semenjak ia berpacaran. Kasar, pengatur, posesif itulah kata yang tepat untuk menggambarkannya. Aina lebih baik bahagia tanpa Ilham. Aina kembali sendiri menata hidupnya, hari demi hari ia lalui bersama sang nenek yang juga makin renta tak sekuat semangat yang muda. Aina mulai fokus kembali pada kuliahnya di fakultas seni rupa dan desain. Ia bercita-cita jadi desainer, itu impiannya sejak kecil saat ibunya masih suka mengajarinya menjahit. Tapi siapa sangka lagi, disela-sela kuliahnya Aina bertemu dengan Faran. Mahasiswa sekaligus asdos di fakultas sebelah tepatnya Arsitektur. Faran yang kini, bukan lagi Faran yang cupu dan memalukan saat dia satu SD dengan Aina. Perubahan yang derastis itu membuat Aina lupa akan Faran yang sekarang. Faran tidak pernah lupa dengan Aina, cinta monyet nya dulu, meski tak pernah terucap dari bibir Faran kalau ia sangat menyukai Aina. Masihkah Faran menyimpan rasa yang dulu ada pada Aina. Hanya Tuhan yang tahu hati setiap insannya, dan kisah itu akan dimulai saat pertemuannya di kantin kampus. Saling menatap tanpa tahu siapa yang ada di depan Aina, Entahlah dengan Aina, yang ia kira itu hanya mahasiswa biasa bukan teman masa kecilnya. Meski tatapan Aina berbeda, mungkin ada sesuatu yang dirasakan Aina.
1 part