Bagi Inara Aditi, pertanyaan seputar pasangan, pernikahan, dan stigma tentang dirinya yang terlalu selektif mencari pasangan begitu menggelikan. Urusan hati kenapa harus diatur masyarakat? Mengapa dirinya seolah tak bisa memilih untuk bersama yang sefrekuensi? Mengapa dirinya tak boleh belajar memilih agar kejadian masa lalu tak terulang? Mengapa dirinya diobral sana-sini hanya untuk teman minum kopi dan obrolan basa-basi? Mengapa ada mereka yang bertabur omongan sok suci berlandaskan hubungan indah saat ini? Demi apapun di dunia, ia tak ingin ada yang sakit seperti dirinya. Demi apapun di dunia, ia hanya ingin memilih tanpa ada suara-suara bertanya di ujung sana. Demi apapun di dunia, ia hanya ingin bahagia. Hingga terik dan senjanya Jakarta mempertemukan dua manusia berbeda cerita. Inara dan Prama. Dalam obrolan hangat di sebuah warung pecel, hingga candaan menjelang matahari petang dari balik pencakar langit di Sudirman.
6 parts