Feminisme membuka pikiran seluruh wanita di dunia. Pandangan tersebut membuat dunia bangun dari tidur panjangnya. Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan masalah seputar itu terus menerus terjadi di dunia. Tak memandang masa dan zaman, tindakan-tindakan itu takkan pernah bisa dihentikan.
Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki, seorang suami, seorang ayah, sekaligus seorang kakek yang hidup di era di mana feminisme semakin didukung oleh semua orang. Orang itu adalah Albert Effendi. Albert mulai menua, ia paham usianya terus bertambah, namun tidak dengan pikirannya.
Albert adalah laki-laki yang menjunjung tinggi martabat wanita, namun Albert jugalah yang paling merasa bahwa dunia selalu memperhatikan wanita sampai ke titik yang paling detail sekalipun. Albert heran mengapa selalu wanita yang perlu diperhatikan lebih? Mengapa tak ada satupun berita yang membicarakan tentang betapa hebatnya seorang ayah?
Albert yakin bahwa dunia saat ini sedang kelelahan mengurus masalah-masalah wanita sehingga laki-laki tidak lagi dipandang sebagai manusia melainkan penjahat.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.