Dirajutnya berbait-bait syair perihal cinta dan benci. Dijadikannya sekat-sekat tinggi dihadapan semesta dan seisinya. Dan kepadanya ia kembali dengan penuh sesak, membawa serpihan perasaan yang dijadikannya api. Dan pula kepada api, ia kembali kepada percik, lalu kembali kepada asap, dan terus kepada hampa. Namun ia hanyalah kata tentang kita yang tak sengaja tersirat dalam metafora percikan api maupun alegori tentang hamparan laut tenang dan seisinya. Ia hanyalah kata, Yang tak sengaja terucap dan tak untuk jadi nyata. -Alif @aliffaturrachman (IG) . . . Kumpulan Puisi. www.mediatikusastra.com Cover using Canva.