[BUKU KEDUA DWILOGI RIHLAH CINTA] Sejak awal menikah dengan Raf, Lubna sudah tahu bahwa sampai kapanpun, ia tidak akan pernah menjadi yang pertama dan utama. Tanpa menjelaskan apapun, dari sudut mata Raf yang selalu sendu saat melihat album dengan judul "Rihlah Cinta" berisi foto-foto perjalanannya dengan Rae, igauan malam laki-laki itu yang selalu menyebut nama Rae, juga senyum getirnya saat memandang Rae kecil ... Lubna akhirnya paham bahwa Raf benar-benar setia; bahwa laki-laki yang menjadi suaminya itu tidak pernah mendua. "Bahkan aku bingung atas dasar apa aku cemburu dengan Rae," ujar Lubna sambil tersenyum getir. Matanya bersih dari genangan air mata. Wajahnya ia buat seceria mungkin. "Aku cemburu ... dengan perempuan yang bahkan sudah tidak ada lagi di antara kita." "Rae selalu ada, Lubna." Raf membalas dengan penuh penekanan pada setiap katanya. "Rae selalu di sini," ujar Raf sambil menunjuk dada dengan telunjuknya. "Rae tidak pernah pergi ke mana-mana. Sejak awal bertemu dia, aku sudah berikrar bahwa dia adalah pemberhentian terakhirku." Lubna tertawa sumbang. "Dan aku akan selalu jadi persinggahan sementara untuk Mas. Benar begitu, 'kan?" N.b: bisa dibaca tanpa buku pertama, tapi untuk lebih jelas dan pengenalan karakternya kuat, lebih baik dibaca dulu buku pertama yang berjudul "Pemberhentian Terakhir".
12 parts