Tiada keganjilan dalam mencinta selain mencintai manusia lebih dari kadarnya. Porsi cinta untuk Allah tentunya harus lebih besar; maka itu cinta diturunkan agar manusia selalu bersyukur; mulai dari mencintai apa-apa yang telah Allah berikan hingga mampu memberikan cinta kepada hambaNya yang lain agar orang tersebut semakin bersyukur karena dicintai. Salah, jika mengatakan bahwa mengungkapkan kata cinta itu tak lazim. Rasullullah SAW saja selalu memberikan kehangatan dan mengekspresikan cinta pada isteri-isterinya, terutama Aisyah. Beliau selalu memberi Aisyah kehangatan dan ini termasuk dalam penyempuranaan ibadah di dunia. Allah berjanji apabila ada hambaNya yang melakukan kebaikan dengan berusaha memelihara kasih sayang dan menjaga cinta antar mereka karena Allah, Allah akan semakin mendekatinya. Begitulah kekuatan cinta bermain andil sangat penting dalam kehidupan manusia; bukan hanya di dunia namun menembus akhirat. Semenjak pertemuannya dengan Syeikh Rahmat, hati Arsyad terbelah menjadi dua; di satu sisi serasa mantap dan yakin, di sisi lain meragu. Yang buatnya meragu adalah; mendahului ketentuan Allah. Kemudian ia berfikir kembali "bagaimana jika perkataan Syeikh Rahmat merupakan sebuah petunjuk? Mungkinkan ia diutus oleh Allah untuknya agar sadar betapa dekatnya jodoh itu? Keduanya mempunyai tujuan yang sama; menjadikan wanita bernama Adeeva sebagai istri kelak. Hanya saja, apakah melalui hati yang lebih dulu meraih impian Arsyad? ataukah rasio yang berkata bahwa masuk akalkah menjemput jodoh yang sudah nyaris menjadi jodoh orang lain?