Kamu Bukan Siapa-Siapa

Minggu siang yang cerah. Selepas menjalankan sholat duhur dan makan siang, Nuri membuka lagi laptopnya hendak memperbaiki catatan revisi dari dosen di Skripsinya. Denting suara smartphone mengalihkan perhatian Nuri dari laptopnya. Tangannya lincah meraih telepon pintar miliknya yang tergeletak di samping laptop. "Grup baru. Apa nih? SD AL Fath Cirendeu?" Gumamnya memandang layar HP nya yang licin. Alfa teman SD nya memasukkannya ke grup alumni SD Al Fath Cirendeu Ciputat Tangerang Selatan.
Nuri mengecek daftar nama anggota dalam grup itu. "Firdaus Ramadhan? Dia gabung juga?" Tanya Nuri pada dirinya sendiri. Firdaus adalah ketua kelas di grade 5Y saat itu. Kebersamaan mereka di SD AL FATH hanya sampai di grade 5 saja. Karena Nuri harus mengikuti ayahnya pindah tugas ke kota Purwokerto. Ayahnya adalah seorang dosen tafsir di perguruan tinggi islam negeri di kota tersebut. Sedangkan Firdaus juga harus mengikuti ayahnya yang memilih mutasi ke kampung halamannya di Sragen Jawa Tengah. Ayah Firdaus adalah seorang pegawai Rupbasan di kota tersebut. Meski sama-sama di Jawa Tengah mereka tak saling berkomunikasi.
"Dia kuliah dimana yah sekarang?" Nuri mulai penasaran dengan teman lamanya itu. Dulu, meskipun ketua kelas, Firdaus bukan anak yang selalu nice. Terkadang jiwa maskulinnya muncul. Slengekan kata Ms. Yanti guru kelas mereka. Gayanya yang borjuis itu sering membuat kakak-kakak SMP histeris meledek kalau mereka berpapasan hendak ke masjid besar milik yayasan. "Firdaus....senyum donk." Begitu sering cewek-cewek ABG itu histeris memanggil Firdaus. Yang di panggil cuek saja. Gayanya yang kadang sok cool makin membuat cewek-cewek itu penasaran. Alhasil, Firdaus sering banjir titipan salam dari anak SMP.