"Ra, aku mencintaimu. Kamu cantik, kamu baik, kamu sempurna. Tapi, maaf, takdirku bukan bersamamu." Ali berkata di depan jendela kamarku, di atas ILY.
"Hah? Apaan sih, Ali. Maksudnya apa?" wajahku terlipat, tidak bisa berpikir jernih. Ali menatapku, mata hitamnya indah, kulit putih pucatnya terlihat sempurna dan rambutnya yang tidak berantakan membuatnya "tampan"
Ia berbalik badan, masuk ke dalam ILY, mengambil sesuatu. Umm, undangan.
Aku menerimanya, lalu membacanya. "Tunangan Ali dan Lena"
Lena? Perempuan tidak tahu malu itu?
"Kamu tahu, Ra? Aku juga mencintai dia, melebihi kamu. Terimakasih untuk segalanya. Aku pergi dulu." ILY melesat pergi. Meninggalkan aku yang masih terpaku di depan jendela.
/////
Cerita ini hanya karangan penulis saja yaa, bukan karya Bang Tere.
Hope you like it, terutama buat yang nge-ship Ali dan Ra, hihi. Thank you❤️
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.