Hujan perlambang sebuah kesedihan langit. Ia menjerit dengan petir yang setia. Hasil karyanya udara yang sejuk, yang memukau mereka yang merasakannya. Mengalahkan ketakutan akan dentuman petir menggilla. Seperti halnya hujan dan petir di hati Dya. Sebuah pagar hatinya atas apa yang terjadi pada keluarganya. Kepedihan akhirnya perlahan menemukan obatnya, sekaligus menemukan pujaan hatinya. Keluarga yang hancur membuat hidupnya bagaikan langit yang hitam pekat pasca hujan. Hatinya mengizinkan Dya merasakan kenyamanan, melabuhkan hatinya pada pemuda desa semacam tama. Namun tubuhnya tak lagi mampu bertumpu pada kakinya sendiri. Ada apa dengan Dya? Bagaimana keadaannya? Hujan memberikan pertanda ketika ingin menjatuhkan setiap butir airnya. Namun, hujan tak akan berbicara kapan dia akan berhenti. Jadi kita tidak akan pernah tahu bagaimana akhir dari pelabuhan hati Dya. Seperti halnya air hujan. Akan mengalir mengikuti jalan yang sudah di tentukan. ~Winda Agustina~