Malam ini ku sruput kopiku begitu nyaring, pahitnya kopi yang kuteguk seperti kepergian mu waktu itu, ampas yang terbawa kuminum begitu tipis seperti harapanku kembali padamu.
Ingatan tentang dirimu sepintas menengok masa lalu, di saat ku cubit pipi mu dan ku genggam tangan mu, entah mengapa tertiba aku mengingatmu, merasa seperti terlempar ke masa itu, saat kita belum paham arti berpisah.
Tetapi aku menikmati kebersamaan kita waktu itu, saat kau usap wajahku yang penuh dengan debu, kau lemparkan senyuman yang membuat syahdu, dan tatapan matamu yang membuat sendu.
Perasaan yang lahir tanpa suara , kemudia tumbuh saat semestinya, dan berakhir pada masanya.
Sudahh
Semakin dalam aku menengok masalalu , hanya ada desiran rindu nan pilu.
Sampai remuk menusup relung, hingga perih menusuk rusuk berkabung, disinilah akhir cerita untuk bernaung.
Kini biar semesta yang berbicara tentang perkanalan kita waktu itu, biar aku sekarang yang menikmati sunyi dan bekencan dengan hayalan, lalu menikmati arti perpisahan yang mendewasakan hati .