Part masih lengkap!
Senja dan Bagaskara adalah dua orang yang sama-sama memiliki gelap masing-masing. Tapi dibalik kelamnya hidup, mereka sama-sama memberikan cahaya satu sama lain. Meskipun terkadang, cahaya memang selalu direnggut saat hujan datang.
Tidak akan ada langit yang selalu cerah, pun tidak ada pula langit yang selalu mendung. Tapi bagi Senja dan Bagas, apapun warna langit di setiap langkah mereka, selama keduanya saling bergenggaman tangan. Hujan sederas apapun tidak akan membuat mereka hanyut, pun secerah apapun sang surya, tidak akan membuat mereka terbakar.
"Apa lo pernah merasa kesepian?" Senja berkata sambil menatap Bagas yang sedang duduk bersila di depannya.
"Terkadang." Bagas menyahut. Matanya menatap sendu pada rintik yang masih berjatuhan.
"Hujan dan kita itu sama, kan?" Senja menarik salah satu buku dari tas yang tergeletak di sampingnya.
"Sama kaya kita yang gak suka luka tapi tetap dihujani rasa sakit, hujan juga mungkin gak suka jatuh tapi tetep dipaksa lebur di tanah."
Bagas menarik sudut bibirnya membentuk lengkungan. "Kita sama-sama gak bisa nolak buat semua rasa sakit yang udah digariskan bakal jatuh di kita, tapi apapun yang terjadi..."
Bagas menggenggam tangan Senja yang sedang membuat sketsa wajahnya, "Gue bakal selalu lindungin lo, Senjani!"
Senja selalu percaya perkataan Bagas apapun itu, selama Bagas yang mengatakannya Senja tidak perlu pernyataan lebih. Sampai suatu malam, Bagas pulang ke apartemen mereka dengan berlumuran darah. Ada dua luka tembak di punggungnya. Dan untuk pertama kalinya Senja kehilangan kepercayaan pada Bagas. Saat mulut yang selalu berkata lembut itu mengeluarkan satu kalimat kasar yang membuat Senja mulai kehilangan.
"Iya, gue pengedar narkoba."
-Maulana Bagaskara Purnama
-Elistya Rahma Senjani