"What we call a crush deserve a more fitting name: crushed." - Blonote, pg. 94 Miracle menjalani hidupnya dengan cukup baik selama 8 tahun terakhir dia tinggal di Surabaya. Bahkan, dia menyebut, jauh lebih baik daripada ketika dirinya masih bersekolah di Bandung. Tanpa diduga, persinggahannya di sebuah coffee shop pada satu siang ketika dia pulang ke kota kelahirannya itu, mempertemukannya dengan Djenar; pemuda teman sekolahnya dulu dan sejenak membawa ingatannya kembali pada masa - masa tidak menyenangkan di SMA sekaligus tentang bagaimana kehadiran Djenar, memberi secuil memori manis di tengah pahit masa putih abu - abunya yang semestinya berwarna.