Jaevran namanya, alerginya banyak. Pecandu teh, bukan kopi. Pakaian favoritnya adalah hoodie abu-abu dan celana sobek di bagian lutut. Dunianya ada dua : diatas panggung dan di belakang meja kerja. Sampai di titik ia paham keduanya tak bisa sejalan, ia merelakan panggung yang gemerlap. Alasannya satu : Haera. Gadis yang selama 6 tahun menjadi alasannya masih menganggap dunia ini masih menerimanya. Namun, Haera terlalu jauh untuk dijangkau. Gadis itu punya ayah yang memberi Jaev 1001 alasan untuk tahu diri. Salah satunya "kamu anak band, bukan dokter". Jaev berambisi bahwa ia akan menaklukkan Ayah Haera, maka ia letakkan gitar kesayangannya -Haru- disudut terjauh yang takkan ia jangkau. Sayangnya Jaevran larut dalam ambisinya, sibuk dengan kerasnya angan untuk membuktikan bahwa ia pantas untuk Haera. Ia lupa diri. Lupa ada Haera yang menunggu kepastian. Sampai beberapa kali atau seringkali melupakan janji temu, meninggalkan Haera, bahkan melupakan hari terpenting dalam hidup mereka. Baiknya gadis itu selalu bersabar dengan perubahan Jaev. Namun, manusia bukan Pencipta yang selalu lapang dengan sabar, Haera sampai pada batasnya. Jaev terlambat, gadisnya hilang. Jaev mengira ia sedang di perjalanan menemui Haera, tapi tidak. Ia sedang di perjalanan meninggalkan Haera. Gadis itu tidak butuh pembuktian, cukuplah Jaev yang menjadikan ia dunianya. Haera menyerah lalu Jaev tersadar. Seperti angin yang berhembus disela jari, seperti itu hubungan mereka berakhir. Tak terlihat, tak terasa, tapi jelas terjadi. 'seperti angin yang berhembus aku tidak bisa menggapaimu, disela sela jariku kau menghilang. Terbang ke tempat yang jauh.' -Day6 Flowing like wind.