Bagaimanakah rasanya menjalani hidup sejak lahir di ruangan yang sempit, gelap, lembap, bacin, dan menyedihkan? Mungkin saja menakutkan, mengenaskan, atau memilukan. Namun, semua itu kemungkinan hanya bisa dipahami betul oleh orang yang sebelumnya mengetahui ruang hidup yang lebih baik, lebih bebas, lebih indah. Bagaimana halnya apabila kita hidup di ruangan semacam itu sejak awal mula dilahirkan? Tentulah kita tak memiliki pembanding antara ruang hidup yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Apalagi apabila kita dilahirkan dengan keadaan yang tidak lengkap-setidaknya menurut parameter manusia pada umumnya-tak memiliki penglihatan, tak memiliki pendengaran, dan tak bisa berbicara. Katakanlah, kita dilahirkan di ruangan sempit itu, ruangan yang tidak menyenangkan itu, dalam keadaan buta, tuli, dan bisu. Kiranya apa yang akan kita pikirkan? Akankah kita tetap bisa melihat? Akankah kita tetap bisa mendengar? Akankah kita tetap bisa berbicara? Semua itu mungkin saja.
3 parts