Mengapa meski ada kata menyerah! Jika hanya menghadirkan lilin meleleh terbakar api. Aku benci, benci dengan kata menyerah. Sehingga membuat buta akan arah. Perjuangan yang membara. Kaki jadi kepala, kepala menjadi kaki. Akan terus meredup tidak bercahaya. Ketika kata sampah itu bersemayam dihidupku. Dimana aku bisa bersembunyi. Kemana aku harus pergi. Bisakah aku terhindar dari kata sampah itu. Apakah ada jalan dari semua ini. Tidak, tidak pantas aku tanyakan kepada dunia. Tidak pantas aku mendapat jawaban dari dunia. Hal semacam itu hanya mendidiku untuk menyerah, sebelum berdaya upaya. Karena aku yakin jawaban dari pertanyaan itu, ada pada asasku sendiri Rabu, 12 februari 2020 @thomi_senjaAll Rights Reserved