"Seorang dungu yang terus melarutkan diri dalam kenangan selamanya akan melangkah terhuyung-huyung dalam kegilaan. Laksana seorang yang tertarik pada keindahan hutan di musim semi, ia susuri hutan itu dan saat ia hendak pulang barulah disadarinya bahwa hutan itu telah menyesatkannya." (Paracletus). Arius, lelaki paling cerdas di sepanjang daratan Mesopotamia berniat bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya sendiri ke Sungai Efrat. Ini dilakukannya tidak lain sebab kekasihnya, Kishar, gadis tercantik di Akkadia, telah mencampakkannya dan lebih memilih terbenam di pelukan laki-laki lain dari Habasyah. Baru saja ia hendak meloncat, seorang penggembala tua, Paracletus, mencegahnya dan menuntunnya ke kediamannya di gua. Di sanalah, selama tiga hari tiga malam ia dibimbing dengan petuah-petuah penggembala tesebut. Tulisan ini saya buat dengan gaya katekismus yang dipenuhi alegori, supaya lebih mudah dipahami. Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang mengalami nasib serupa dengan Arius, mereka yang terasing dan nelangsa oleh cinta, mereka yang tertatih-tatih melangkah di hutan kenangan yang menyesatkan ... Catatan: Tulisan ini dipenuhi quotes, harap cantumkan saya sebagai sumber jika Anda ingin mengutipnya ...