Aku mengelus rambutnya yang wangi sekali. Demi Tuhan, wangi sekali. Sesekali kuusap pula bahu lalu pipinya. Temannya yang mabuk berat menariknya untuk mendekat. Mungkin karena posisinya tak nyaman, ia melepaskan antingnya dan menitipkan padaku, yang kemudian kusimpan dalam saku celana.