Gladysa Makmuma Al-Fath. Seorang perempuan yang selalu mengusik ketenangan seorang Imam El. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Galydsa sangat membenci Imam, beda dengan kaum Hawa lainnya yang selalu memuji Imam bagaimana pun keadaannya.
Yang satu kalem, yang satu cerewet.
Yang satu tenang, yang satu emosian.
Yang satu bodo amatan, yang satu selalu nyinyir.
Yang satu adem anyem, yang satu selalu kepanasan.
"SUMPAH! GUE BENCI BANGET! KENAPA PAPI GUE NAMAIN GUE ADA MAKMUMNYA?!"
"Lo emang tercipta buat jadi makmumnya Imam, Sa."
"NAJIS!"
Imam itu alim, tenang, ketua hadroh, pengurus rohis, ketua OSIS. Para fansnya kalo ngeliat dia rasanya udah kayak tiduran di ubin Masjid. Adem banget, apalagi kalo habis ngerjain soal MTK. Beda lagi kalo Gladysa yang ngeliat Imam, bawaannya panas mulu.
"Senyum mulu, sok cool pula! Dih, amit-amit. Sok kegantengan banget! Gantengan juga Papi gue. Alay banget, tuh, cewek-cewek! Dasar tukang caper!"
Hingga suatu kejadian membuat Gladysa ingin hilang dari muka bumi ini, terlebih kedua orang tua mereka amatlah dekat.
××××
"Info! Cewek kalo ultah biar seneng dikasih apa?"
"Qobiltu."
Imam tersenyum kecil. "Lo ngode? Tapi, kan, gue udah ngucap qobul."
"Lo ketagihan gue halalin?"
Satu lagi tentang Imam, cowok itu selalu iseng dengan orang-orang tertentu.
Yang satu tukang ngisengin orang, yang satu tukang salting ala-ala dedemit.
"Ketika jatuh cinta pilihannya hanya dua. Bersatu dalam akad atau berpisah dalam taat."
Kisah ini akan membawa kita masuk ke dalam suatu perjalanan dan perjuangan hamba Allah dalam mencari cinta dalam keridhoannya.
Dikemas dalam balutan cinta sejati yang penuh lika-liku, kita akan menemukan banyak pelajaran berharga, diantaranya :
- Bagaimana kita berusaha mencintai hal tidak kita sukai.
- Bagimanan kita harus ikhlas menerima takdir dan kenyataan yang pahit.
- Bagaimana merelakan sesuatu yang selama ini diperjuangkan mati-matian.
Dan masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya yang bisa kita petik setelah kita membaca kisah ini.
Kisah ini berjalan seperti air yang mengalir. Awal-awal kisahnya datar dan tidak banyak konflik, namun lambat laun kita akan dibawa masuk perlahan sampai akhirnya kita benar-benar tenggelam dan ikut didalamnya.
Naysila Putri : "Aku tidak akan pernah bisa menjadi Khadijah untukmu."
Zulfikar Wiratama : "Aku tidak pernah berharap kamu menjadi khadijah untukku. Cukuplah kamu menjadi Naysila Putri pendamping Zulfikar wiratama kelak di syurganya."