Andra semakin meminimkan jarak di antara mereka berdua, ia lalu mengangkat dagu Agatha agar tidak menunduk. Ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Agatha bisa merasakan hembusan nafas Andra yang menerpa wajahnya. Ia semakin panik. Terlihat jelas dari wajahnya yang berubah jadi pucat pasi. "Gue kenapa- nggak bukan gue, tapi cowok sialan ini kenapa? Apa yang ingin dia lakukan. Kenapa juga gue jadi mematung kayak gini, gak bisa gerak" rutuknya dalam hati. Andra mengunci tatapan mereka, "Dari mana lo tau, kalo lo jadi bahan taruhan gue" tanya Andra dingin. Agatha hanya membuang muka, tidak berniat untuk menjawab. Andra kembali tersenyum miring, ia kembali memegang dagu Agatha agar kembali melihat ke arahnya. "Bagus kalo lo udah tau. Jadi gue gak harus merasa bersalah setelah permainan ini selesai" Andra menjeda ucapannya, sebelum ia melanjutkannya ia memperhatikan wajah Agatha dan berakhir di bibirnya. Membuat Agatha semakin was-was. "Selain itu, gue juga mau mastiin sendiri perkataan Vero tentang lo" Agatha menautkan alisnya. Bingung. 'perkataan Vero? Tentang gue? Mau mastiin?' First article, and Hope you like it ...