|SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT. FOLLOW DULU AKUNNYA BARU BISA BACA| •Peringkat #1 Benua 28 Sept •Peringkat #1 Matahari 29 Sept •Peringkat #1 Mars 05 Okt • ANTARIKSA SERIES : PERANG LAGI SAMPAI MATI • 🌏 - Karena sudah tugas Matahari untuk menyinari Bumi - "Hai," sapa Bumi hangat. Menyertakan senyuman dan tatapan mautnya pada gadis manis di depannya. Tubuh Matahari sekarang memanas. Mimpi apa ia semalam hingga sekarang bisa disapa Bumi. Ingatkan Matahari untuk minum bodrek nanti, karena tubuh Matahari benar-benar panas. Matahari memberanikan diri menatap tubuh tegap Bumi yang berdiri di depannya. "Iya ... Bumi," jawab Matahari gugup. Bumi menaikan satu alisnya. "Lo tau nama gue?" Mata Matahari mengerjap. Sial! Bumi benar-benar meruntuhkan pertahanannya. "Semua orang di sekolah ini pasti kenal Bumi." Bumi mengusap dagunya. "Iya ya, gue emang seganteng itu sih," ujar Bumi narsis sehingga Matahari tersenyum tipis. "Tapi gue tetep mau memperkenalkan diri." Bumi menyugar rambutnya, lalu tersenyum miring. "Nama gue, Bumi Sergio Adijaya. Orang tua gue, manggil gue Gio. Temen-temen gue, manggil gue Bumi. Tapi khusus untuk lo, lo boleh manggil gue sayang, babe, atau mas juga boleh," rayu Bumi. Matahari menahan napasnya. Lebih baik ia mengerjakan seribu soal Fisika, daripada harus berdekatan dengan Bumi seperti ini. Bisa meledak jantungnya. Bumi mengambil botol minum Matahari di meja, meminumnya, kemudian meletakkan di depan Matahari. "Lo tau enggak, bedanya lo sama botol minum ini?" Matahari menggeleng. "Enggak tau ... Bumi." Bumi mendekatkan wajahnya ke wajah Matahari. Jarak mereka hanya sejengkal. Matahari langsung menahan napasnya. Matahari tidak yakin ia masih menapak di bumi sekarang. Bumi menarik kacamata Matahari sembari menyunggingkan senyum mautnya. "Kalau botol itu plastik. Kalau lo itu cantik." 🌏 Ayo baper dan menangis dalam waktu yang bersamaan. Dilarang keras meniru cerita ini. Karena akan ada tuntutan yang berlaku. ☠️ 18