Aku bukanlah seorang gadis rupawan yang disukai oleh banyak pria tampan. Aku juga jauh dari keluarga mapan, aku berasal dari keluarga pas-pasan dan pikirku saat itu hanyalah menyelesaikan pendidikan. Aku tidak percaya dengan cinta, karena itu hanya akan membuatku buta. Kalau gadis lain sibuk berbelanja kesana kemari membeli barang branded, aku hanya mendekam dikamar yang sangat sederhana dan kecil untuk membuka buku, ber oh ria dengan buku-buku pinjaman perpustakaan mengenai dunia kedokteran, serta mengkhayal menjadi salah satu mahasiswi di Oxford University ( dan aku selalu mengaminkannya dalam setiap doaku ). Aku tidak peduli dengan orang-orang yang menganggapku ambisius, tukang mimpi, hingga penyuka sesama jenis. Duniaku terlalu sibuk untuk sekedar melihat sekeliling dan membalas perkataan mereka yang terkadang ingin sekali kusumpal dengan kertas ulangan yang baru dibagikan. Kalau mereka berulah dengan mulut jahat, biasanya aku membungkam mereka dengan nilai yang tidak pernah dibawah 98. Kuakui aku seorang gadis cuek dan tidak peka. Aku tidak pernah jatuh cinta. Menurutku, jatuh cinta pada pandangan pertama adalah mitos. Namun tanpa kusadari, aku salah dengan persepsi yang telah kubuat sendiri. Untuk pertama kalinya dalam hidup aku merasakan ada perasaan bergejolak saat melihat dia. Tak kusadar, pertahananku mulai runtuh saat dia ada dalam ruang lingkupku. Namun pada akhirnya aku harus tetap menentukan, bagaimana akhir dari ceritaku.