Tubuh Irina terpental hingga ke tembok basement karena Rayen menyentaknya dengan keras dan memegang bahu Irina hingga menempel tembok. "Why?" "..." Irina hanya menatap wajah Rayen dengan bingung. "Kenapa kamu pergi saat aku membicarakan masalalu?" "Karena memang saya harus ke toilet. Dan kenapa anda perduli, saya mendengar atau tidak?" "Jangan pernah berbicara formal saat kita sedang berdua. Aku muak." "Maaf, tapi sekarang anda adalah klien saya." Irina tak ingin mengalah kali ini. "Oh, ya aku adalah klien kamu hari ini kan." Entah apa yang harus dilakukan Irina saat mata Rayen terlihat memerah dan penuh emosi, tapi Irina tidak mau mengalah dengan pria egois dan paling dia benci ini hingga tanpa Irina duga Rayen mendekatkan wajahnya dan tanpa berfikir lagi Irina segera melangkahkan kakinya untuk menghindar. Terlambat. Rayen menarik tangan Irina hingga punggung Irina menempel di tembok lagi dan menyurukan wajahnya dan menempelkan bibirnya dengan kasar dan melumat bibir Irina. Sesaat, Irina terbuai dengan lumatan kasar namun menggoda dari Rayen sebelum kesadarannya kembali dan Irina meronta berusaha melepas cengkraman Rayen hingga tangannya terbebas dan... PLAKKK