Story cover for CORONA VIRUS ( COVID -19 ) by abdullohchafidh
CORONA VIRUS ( COVID -19 )
  • WpView
    Reads 44,166
  • WpVote
    Votes 706
  • WpPart
    Parts 9
  • WpView
    Reads 44,166
  • WpVote
    Votes 706
  • WpPart
    Parts 9
Ongoing, First published Mar 22, 2020
Tentang rasa yang diubah menjadi beberapa kata lalu di rangkai menjadi sebuah karya sastra bertajuk puisi, berisi tentang keadaan yang sedang ramai diperbincangkan diberbagai penjuru bumi.

Corona Virus ( COVID -19 ) telah mengguncang bumi, bukan karna kekuatannya melainkan dampak yang disebabkan olehnya teramat sangat. Dengan penyebarannya yang nampak seperti air mengalir itu, kini bumi sedang tidak baik-baik saja.

COVID -19
Berlalulah...
All Rights Reserved
Sign up to add CORONA VIRUS ( COVID -19 ) to your library and receive updates
or
#73virus
Content Guidelines
You may also like
From Leiden by rzkaldea
3 parts Complete
Di luar hujan rintik membasahi bentaran langit dan rerumputan yang tumbuh disekitar halaman dan ayunan. Entah pertanda apa yang mengundang cuaca sesendu hatiku selama 6 tahun silam. Senyuman-senyuman indah sudah kewajiban tersendiri bagiku untuk orang-orang yang kusayang disekelilingku. Semakin lama aku mengunyah makanan semakin deras pula hujan yang menyapa. Seperti ada yang tertarik untukku berlama-lama melepaskan kerinduan tersendiri untuk sahabat lamaku. sepertinya Allah sedang menunjukkan kesedihanku lewat cuaca. "Assalamuallaikum kio taufan." tiba-tiba suara pria mengetuk pintu rumah mereka. "Siapa itu hujan hujan bang?." tanya kiori dengan suaminya yang dia mulai berdiri untuk menuju pintu. Lalu tangan taufan cepat meraih tangan kiori agar kiori tetap berada di meja makan tetapi niatnya kuhentikan karna kulihat wajah dan mata mereka saling beradu seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. "Biar aku saja taufan yang membuka pintunya, akukan sudah selesai makan kalian lanjutkan saja makannya" kuraih handphoneku agar dapat berkaca untuk membenahi jilbabku yang tadinya rusak kurasa. Lalu ku buka pintu dengan pelan dan kulihat seseorang yang berdiri dihadapanku. "Asstaghfirullah Rifqy." bagaikan kilat yang menyambar jantungku, handphoneku pun terjatuh dari genggaman tanganku. "Dhe...a!" lalu dia berpaling dari hadapanku dan berlari di bawah derasnya hujan yang mengguyur halaman rumah sahabatku. berlalu menuju mobil dan sama sekali tidak mau melihatku. "Tunggu sebentar!" lalu kukejar dia mengarah mobilnya tetapi dengan tancap dia meninggalkanku dengan hujatan air hujan yang membasahi jilbab serta tubuhku, dibawah derasnya hujan yang menghujat perasaanku. Kutelungkupkan tangisanku dan rasa sesalku untuk mengejarnya, kulihat dengan samar alphard merah semakin meredup dan hilang di tikungan simpang empat. Tatap aku, rasakan tangisku rifqy....
You may also like
Slide 1 of 10
Batas-Batas Eksistensialisme cover
From Me in Somewhere cover
Seutas Gelabah cover
Oppa Ana uhibbuka fillah cover
TAK SEINDAH JINGGA cover
Bait-Bait Semesta cover
Surat si Perindu Langit [REVISI] ✓ cover
From Leiden cover
Kalut cover
Sasmita Nivriti cover

Batas-Batas Eksistensialisme

7 parts Ongoing

Zona tak terbatas seolah memberi ruang untuk kebebasan mengkritisi segala hal, namun sebagian besar dari pikiran itu tidak layak berkeliaran di kepala. Dalam esai ini, saya menghadirkan potret kehidupan di sebuah kota industri yang terpukul hebat oleh pandemi. Cerita dengan momen yang mulai mengalir sejak pertengahan tahun 2020, setiap sudut kota tidak lagi sama, terkekang oleh kebijakan pembatasan yang menjadikan kita asing satu sama lain, kehilangan arah, dan beradaptasi dengan rutinitas yang semakin menyesakkan. Melalui perspektif pribadi, saya mengeksplorasi eksistensi kehidupan yang diwarnai oleh pertemuan singkat dengan orang-orang baru, dialog spontan yang memecah keheningan hiruk pikuk kota, serta momen-momen yang mengungkapkan keunikan setiap individu di antara deru aktivitas tak pernah terduga. Saya menggambarkan suasana kota yang memancarkan kehidupan, menceritakan keberagaman emosi, keinginan, dan impian yang mengalir di tengah kebosanan. Alam selalu punya cara untuk menghapus seluruh keluh kesah. Pantai-pantai dan tempat indah lainnya biasanya bersembunyi di sudut-sudut paling tepi dari kota, atau kadang-kadang mereka hadir di tengah hiruk-pikuk kota yang tidak pernah tidur. Kita hanya perlu kedamaian untuk meredam kebencian yang ada dalam diri. Makna yang mungkin sudah lama terkubur dalam nurani, namun tertutup oleh kekecewaan dan kesedihan yang tak kunjung usai.