Chapter 1
"gimana nduk? jadi kamu ambil Tah?"
aku masih binggung diam mematung. Menunduk, menyembunyikan resah juga kegalauanku. Mata teduh yang tengah menatapku dalam membuatku sungkan untuk balik menatap dan menolak pintanya. Namun separuh lebih hatiku ingin menjawab tidak, keinginanku untuk tetap melanjutkan kuliah di universitas Alaska serta tetap tinggal di pesantren ini masih teramat besar. Hatiku sudah terlanjur tumbuh disini aku tak mungkin bisa untuk berada jauh dari apapun yang berhubungan dengan pesantren ini.
"Nduk....??"
"Ngapunten Abi" jawabku lirih. Beliau Abiku disini. Dipondok ini. Apa yang menjadi titah beliau, adalah apa yang menjadi perintah bagiku, sekalipun aku tak sejalan dengan beliau.
"yawis,,, dipikir dulu. Satu Minggu lagi tak tagih jawabanmu ya" ujar beliau lembut.
Aku mengangguk ta'dzim lalu segera menjauh dari ruang beliau disertai perasaan lega. Debar-debar yang sejak tadi menginvasi, hatiku mulai bisa stabil kuajak kompromi. aku langsung berlalu menuju aula gedung utama pondok. Duduk di samping tiang dan menatap Qur'an bersampul warna pink yang telah usang. Aku mengambilnya, membuka halaman yang telah kubatasi dengan pita hitam, lalu melanjutkan deresanku di surah Al Rohman.
Ku genggam erat-erat
Dan hatiku kembali bergetar.
sudah sejauh ini akankah aku berhenti karena sebuah lamaran yang diberikan oleh Gus Wafa? Putra Abi dan Ummi?
Ah! tentu saja tidak! Abi memberiku pilihan yang baik, tak mungkin juga beliau mengharap hafalanku akan berhenti ditengah jalan. Beliau menyayangiku, beliau sangat menyayangiku seperti halnya rasa sayang kepada semua putra-putrinya. Aku bisa merasakan hal itu.
"Sagita..."
Aku membuka mata mendapati Novi berjalan mendekati kearahku sambil tersenyum........
Terimakasih meluangkan kegabutan untuk bertamasya dicerita saya. Anggap saja ini rumah sendiri, oleh karena itu baca ini sesuka hati kamu.