Story cover for we friend, right? by srnyla
we friend, right?
  • WpView
    Reads 286
  • WpVote
    Votes 71
  • WpPart
    Parts 20
  • WpView
    Reads 286
  • WpVote
    Votes 71
  • WpPart
    Parts 20
Ongoing, First published Mar 25, 2020
Seorang gadis yang memiliki setiap warna dalam hidupnya, namun di sisi lain, dia memiliki kelabu yang selalu mengurungnya dalam masalalu.
Raut wajah yang ceria mampu menipu banyak orang, namun tidak dengan yang satu ini.
Dia bisa melihat dan menebak dengan jelas apa yang tengah gadis itu alami. Membuatnya semakin gencar untuk mendekati. Namun, semakin dia mendekati gadis itu, semakin gadis itu pergi dari jangkauannya.
Sesuatu hadir dalam hatinya, rasa itu tumbuh seiring berjalannya waktu. Dia terjebak dalam pertemanan yang melibatkan perasaan.

"Gua suka sama lu, terus gua harus gimana?"

"Musnahkan atau ikhlaskan, jika tak ingin hubungan pertemanan kita hancur"

This is, a story.
All Rights Reserved
Sign up to add we friend, right? to your library and receive updates
or
#739ego
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Taken Slowly cover
BREAK THIS ICE - JAYWON cover
Start with F cover
[BL] Loved Both  cover
Bitter Sweet cover
Polaroid Love cover
TAKDIR (COMPLETED) cover
Behind The Spotlight  ✔ [ SUDAH TERBIT ] cover
I'm Here cover
Friendzone Stuck cover

Taken Slowly

35 parts Complete

MAUVE Diawali dengan jatuh cinta pada pandangan pertama. Di atas bus pada suatu sore sepulang latihan tari. Aneh rasanya, gue yang suka nge-cover dance K-Pop di media sosial dan cuma buka buku pelajaran kalau besok ada ujian, naksir cowok yang selalu peringkat satu di kelas dan hobinya adalah belajar. Tapi, cinta emang kayak gitu, 'kan? Memunculkan hal-hal baru yang lo enggak tahu ada di diri lo. MILO Jatuh cinta sama sahabat sendiri dan ketahuan? Dan, demi menyelamatkan muka, mau-mau aja diajak pura-pura pacaran sama teman sekelas yang terang-terangan naksir elo? Yap, tepat itulah yang gue lakukan. Kesalahan besar karena hidup gue yang tenang jadi berisik seketika. Cewek satu itu begonya enggak nanggung-nanggung dan mulutnya enggak pernah berhenti ngomong. Yang ada di otaknya cuma nari dan malas-malasan. Kemudian, pada satu titik, mendadak aja kehadirannya bikin gue terbiasa.