Ketika hati dipaksa untuk merasakan luka. Ketika ketulusan terus diremas dengan kebencian, sayatan perih ditaburi garam. Sekuat apa aku bisa bertahan ? sedang aku hanya wanita dengan cinta tanpa balasan.
***
"Pa,ma aku hanya merebut kekasih dari anak kalian . . !" lanjutnya dengan melempar tatapan kepada sepasang paruh baya yang menatapnya datar,tanpa perasaan. Padahal mereka adalah orang tua yang teramat dikasihnya
"kak, aku hanya merebut kekasi dari adikmu . . ! " dengan suara tercekat dia menambahkan.
"aku hanya merebutmu dari adikku segara . . !" katanya teramat lirih ,pandangannya menatap nanar pada Pria yang tengah berdiri disisi wanita yang dicintainya.
Genangan air dimatanya perlahan luluh,membanjiri wajahnya. Pandanganya mengabur,sekuat tenaga menahan gejolak duka yang tengah menggedor hatinya. Kepala yang sempat menunduk kini menengadah,menatap satu persatu orang yang termatat dia kasihi.
"hanya satu kesalahan,tapi kalian menghukumku teramat sangat . . ." lirihnya namun masih mampu terdengar oleh mereka yang tengah menatapnya.
Dengan sekuat tenaga,Sea Mutiara membawa kursi rodanya mendekat kearah mereka. Dengan perlahan, dia meletakkan dua benda yang sedari tadi ada dipangkuanya. Semua mata mengarah pada apa yang tergelat di meja. Dua amplop berwarna coklat.
"Semoga dengan apa yang terjadi ,dengan apa yang menimpa saya. Itu cukup untuk kalian menghilangkan segala dendam dan kebencian terhadap saya" katanya tergugu
"kelak ketika kita bertemu dengan tidak sengaja,semoga kalian bisa mengabaikan saya dan saya sangat ikhlas jika kalian menanggap saya orang asing dan itu juga adalah harapan saya"
Dengan hati remuk,dengan tubuh bergetar menahan tangisnya Sea Mutiara menggerakkan kursi roda dengan sekuat tenaga meninggalkan mereka. Keluarga,dan orang orang yang dikasihnya namun teramat membencinya.
Edgar merasa beruntung memiliki Flora sebagai kekasihnya. Tak peduli jika Flora adalah gadis nerd disekolahnya.
Hanya orang bodoh yang tak menyadari betapa sempurnanya seorang Flora Ayumi Maharani.