26 parts Complete Mature"Nara, kamu nggak bisa seenaknya gitu dong sama perasaan orang." lelaki tampan dengan fitur rupa setara deskripsi dewa-dewa mitologi Yunani yang acapkali diagung-agungkan oleh hampir setiap insan itu melayangkan protes, menatapku lekat penuh goresan yang tak payah disembunyikan dari balik matanya.
Aku menoleh, menerobos masuk dalam sukma lewat bulat besar matanya yang teduh, "Emang aku seenaknya gimana, Kak?" tanyaku pada Pramudya, yang entah sudah keberapa kali dicobanya gapai kedudukan yang terlanjur kukerek naik hingga sukar bagi tiap insan yang hendak mencapai.
Dada Pramudya naik turun. Ia memejamkan matanya sejenak, sambil kuserok lagi keteguhan hatiku untuk tetap berada di puncak, menolak terlena dalam tawarannya akan ikrar tuk merengkuhku di hari tergelap yang terkadang mampir tuk kecohkan pandanganku akan masa mendatang.
Kelopak mata Pramudya kembali terbuka - masih luka disimpannya disana.
"Yang deketin aku pertama kan kamu, terus waktu aku tertarik juga ke kamu, sekarang kamu bilang kamu nggak mau ada di hubungan apapun? Itu maksudnya apa kalau nggak semena-mena?" Pramudya curah perasaannya dengan marah, meski tetap rendah nadanya teralun.
Aku tertawa kecil. Lelaki yang cermat. Sungguh jika masih tersisa percaya meski hanya seujung kuku dalam hati, rela kuselami palungku demi Pramudya. Namun sayang, lenyap sudah pandangan baikku akan cinta, hingga yang tersisa bagi Pramudya hanyalah Nara yang rapuh lekat dengan segala traumanya.