Gadis itu sedang duduk di balkon kamar. Meratapi langit malam yang tak ada satupun bintang, yang ada hanyalah rembulan yang rela membagi keindahan sinarnya. Keheningan dan kesunyian malam seakan akan mendominasi raganya. Udara malam yang begitu dingin, tak sebanding dengan perasaannya yang sedang kacau. Perasaan yang diisi Penyesalan, kesedihan, kerinduan, luka dan kekosongan. Perlahan ia memejamkan matanya. Pikirannya terus bermain dengan masa lalu. Masa lalu yang hanya bisa ia kenang bersama rasa sakit yang tak kunjung ia temukan penawarnya. Saat itu juga Perlahan air matanya jatuh. Air mata yang seharusnya tidak pantas dikeluarkan, air mata yang akan jatuh cuma cuma bilahanya menangisi seseorang yang entah kini masih ada ataupun tidak. Masih ingat dengan namanya atau tidak, dan masihkah ingat dengan kenangan-kenangan bersamanya. Entah sampai kapan ia terus menunggu dan menutup pintu hatinya rapat-rapat agar tak ada seseorang lagi selain dia yang bisa mendobrak pintu itu. Namun pintu itu tak selamanya kuat dan kokoh, seseorang berhasil memasuki pintu itu, dan gadis itu memulai kisahnya yang baru, mengukir kenangan yang baru, dan merasakan sakit yang baru.