Story cover for K A C H A by TantiDeviLestari
K A C H A
  • WpView
    Reads 12
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 3
  • WpView
    Reads 12
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 3
Ongoing, First published Apr 03, 2020
Angin berhembus, burung berkicau, suasana hening dan hanya ada isak tangis yang terdengar yang sangat memilukan.  Icha terduduk dibangku dibawah pohon yang lebat,  dengan sedikit menunduk Icha kembali menumpahkan air matanya lagi.  

Mengingat kejadian 16 tahun lalu yang masih melekat pada pikiran dan hati seorang Icha Meliandra. Anak perempuan yang menunggu kehadiran anak laki-laki yang telah berjanji akan menjumpainya dan memberikannya mainan kini telah hilang dan mengingkari janjinya. Bahkan secarik surat pun tak pernah ia dapatkan.

" Lo ngapain sih disini Cha?  Balik ke kelas ayo " ajak Imel

" Gue butuh ketenangan Mel " jawab Icha 

" Kalo Lo mau tenang, Lo harusnya lupain masalalu Lo Cha " kata Imel 

" Gue udah coba buat lupain,  tapi nggak bisa Mel " jawab Icha 

" Sini dengerin Gue " Imel menangkup wajah Icha " Lo harus bisa ikhlasin dia,  lepasin dia,  dan coba untuk membuka lembaran baru. Lo gak bisa kayak gini terus, terpuruk dengan masa lalu. Lo masih punya masa depan Cha " kata Imel untuk meyakinkan Icha. Icha meraih tangan Imel, dan menggenggam nya.
All Rights Reserved
Sign up to add K A C H A to your library and receive updates
or
#8datangkembali
Content Guidelines
You may also like
GHAVARI  by alghisty_
9 parts Ongoing
"Heh!! Kalo bukan karena Lo sama temen-temen soglo Lo itu juga gue ngga bakalan jadi ketua OSIS!" Menjadi ketua OSIS hanya karena candaan teman?? Ghava Adimas praharja benar-benar merasa sial. Karena bagaimanapun juga, pada awalnya dia pun membiarkan saja. Dia yakin, bahwa siswa siswi SMA 28 tidaklah mungkin memilihnya? Namun, kenyataannya membuat Ghava stress sendiri. *** "Mana ada kingkong seganteng gue?" Ghava menyugar rambutnya sok keren yang sontak membuat araf yang berada di sampingnya menjambak rambut pemuda itu. "Sakit bangs*t!!" Umpatnya "Shutt up! Ketua OSIS ngga boleh mengumpat, harus jadi contoh dong buat kita-kita" syaheer menyahut sembari cekikikan, tentunya disusul yang lain. Mereka begitu senang menjahili Ghava yang memang sedikit sensi. "Tai!! setan Lo semua! Keluar aja sana!! Gue ngga butuh teman kayak kalian!" *** "Gue rasa, pertemanan kita sampe sini aja," Ghava berujar, air mukanya menunjukkan keseriusan. "Apa va?? Ngga denger gue?" Syaheer pura-pura melebarkan telinganya. Ghava menghela nafasnya "Kita temenan sampe sini aja" ucapnya lagi dengan suara yang lebih keras. "Ha? Wswswswsws?" Kini Araf yang mendekatkan telinganya mendekat pada ghava. "Makanya telinga tuh dibersihin. Congek kan!" Ketus Ghava kesal. *** "Ma! Pokoknya besok aku ngga mau sekolah!" *** "Lagian! Ngapain juga si kalian pada ke sini? Gue tuh udah bilang mama mau ngga masuk sekolah. Malah kalian pada dateng." Lanjut Ghava mengomel. "Kita di suruh Tante Hida by the way" Setia berujar dengan tersenyum manis. "Mana mungkin! Pasti kalian Dateng sendiri, mana cuma numpang makan doang. Ganggu tau ngga!" *** Gadis itu tengah meneduh dibawah pohon beringin yang terletak di samping lapangan. Menengguk minuman dari botol berwarna birunya dengan pelan. "Lo suka cewek kelas sana ya va?"
You may also like
Slide 1 of 10
KARAFERNELIA  cover
GHAVARI  cover
Love Cologne cover
dimana janji tersebut cover
Destined for me 2 cover
Hidden love At School cover
SELA ta KEY [END] cover
Karena Kamu Rumahnya  cover
BROKEN LOVE (End) cover
ARTAN  cover

KARAFERNELIA

47 parts Ongoing

Cerita ini menggambarkan perjalanan emosional Bryan dan Alesha serta dampaknya pada anak-anak mereka, menggambarkan kebahagiaan di tengah kesedihan dan harapan untuk masa depan. .... Raka berdiri di tengah kamar, wajahnya merah dan napasnya memburu. "Lu mending keluar dari kamar gue sekarang juga! Lu cuma ganggu gue, tau nggak? Bicara yang penting-penting aja, jangan cuman bikin ribut!" ujarnya dengan emosi memuncak. Bian, yang sudah lelah dengan suasana tegang, menjawab dengan nada kesal, "Biasa aja napa sih? Iya, iya, gue keluar. Gue nggak akan ganggu lo lagi." Dengan geram, Bian membuka pintu dengan keras dan menutupnya sampai bergetar. Kamar itu kini hening. Raka berdiri diam, meresapi kesunyian yang menggigit. Di sudut kamar, dia membiarkan air mata menetes perlahan, wajahnya tersembunyi di balik tangan. Dalam isak tangisnya, dia berbisik, "Gue nggak benci, gue cuma kangen. Gue pengen banget ngerasain pelukan dari sosok ayah, tapi dia udah punya keluarga sendiri, jadi gue nggak bisa ganggu dia." Raka merasa frustasi dan terpuruk, merasakan setiap detik beratnya kepergian dan kekosongan yang ditinggalkan. Seperti jejak langkah yang meninggalkan bekas, kenangan itu terus menghantui dan menyisakan luka dalam hati.