17 tahun?
Menurutku, itu adalah usia dimana kau dapat menemukan sesuatu dari tujuan masa depanmu. Dimana kau sedang dalam masa ingin mencari jati dirimu...
Tapi mengapa, Aku tak dapat menemukannya?. Di usia yang seharusnya aku sudah merancang kehidupanku selanjutnya, kenapa Aku selalu tidak menemukannya?
Namun dengan alasan itu, Aku akan terus mencarinya. Dan didalam perjalanan itu, Aku menemukan seseorang yang sangat berbeda, ia selalu mendukungku dan memberiku motivasi...
-Indri malika arham
🍀
17 tahun?
Emm, itu usia yang sangat menegangkan. Disitulah nasib saat dimana kelas akhir anak SMA ditentukan. Apakah ia akan lanjut dengan keinginannya sendiri, ataupun dari kehendak orang lain.
Sedangkan Aku sedang dalam proses merancang masa depan itu. Hebatkan?:). Aku slalu mengikuti nasihat orang tuaku, dan tak dapat menolaknya. Tetapi, Aku merasa ini tidak benar, kehidupanku yang selanjutnya Aku sendirilah yang menjalaninya. Tanpa harus menjadi "Boneka" orang tuaku.
Bukannya Aku tidak menyukai perhatian itu, tetapi di usia 17 tahun ini lah Aku ingin mencari jati diriku yang sebenarnya.
Hingga suatu saat Aku bertemu dengannya, seseorang yang selalu mendukungku, apapun kondisiku. Yah, memang kesan pertamaku dengan dia tidak baik, buruk malahan. Tetapi itulah ajaibnya waktu, ia dapat memperbaiki segalanya...
-Raka prayuda agung
Terima kasih.
Masih pemula, dijamin seru kok.
Ikuti terus cerita ini, dijamin baper😁.
#remaja
#SMA
#seventeen
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa)
"Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will."
"Kamu mendesah barusan," bisik Willem.
Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegakkan punggungnya, menatap Marina dengan penuh cinta di bawah kendalinya.
"Tapi sakit, jangan terlalu keras... ahhh," ucap Marina. Belum selesai ia berucap, tiba-tiba ia mendesah saat Willem menghentakkan pinggul dengan lembut.
"Ahhh..."
***
Seiring berjalannya waktu, Marina semakin yakin bahwa keputusannya untuk menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya, Willem Roberto, adalah langkah yang tepat. Luka yang dalam akibat keputusan Willem di masa lalu membuat Marina merasa hancur dan ditinggalkan begitu saja setelah ia menyerahkan segalanya kepadanya.
Meski Marina berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi Willem, takdir mempertemukan mereka kembali setelah tujuh tahun berpisah. Pertemuan ini tidak bisa dihindari, dan Marina pun merasa tergoda oleh pesona mantan kekasihnya. Walaupun hatinya masih terluka, Marina terbawa dalam nostalgia dan hangatnya kenangan masa lalu.
Keduanya larut dalam kenangan manis dan berbagi momen intim di dalam kamar hotel. Willem terus menggoda Marina dengan daya tariknya yang memikat, membuat wanita itu sulit untuk menolaknya. Marina pun berada dalam kebimbangan, diantara kerinduan akan cinta yang dulu dan ketakutan akan luka yang mungkin kembali menghampirinya.
Kisah cinta Marina dan Willem kembali terjalin, namun kali ini dipenuhi dengan ketidakpastian dan keragu-raguan. Marina harus segera memutuskan apakah ia akan terus terjebak dalam kenangan yang menyakitkan atau memilih untuk bangkit, memperbaiki diri, dan menempatkan kebahagiaannya di atas segalanya.