Ini kisah Arenaisha Arrasyhan, Zidane Ghalibie dan Agam Affaghan. ------------------------------------------------------------ "Kamu baik-baik saja? Maaf, saya terburu-buru, saya tidak tahu ada kamu tadi." Kupukul kepalanya menggunakan tas laptopku yang berat. Biar saja ia memakan karmaku satu itu, pikirkan bokongku. Kalau retak, mau tanggung jawab? Ia melongo, wajahnya jutek. Namun kuakui ia tampan. Bibirnya yang belah terlihat merah seperti memakai liptint, alisnya juga tebal menawan, matanya yang coklat menatap dalam dan walaupun hidungnya sedang-sedang saja tapi bulu matanya terlihat seperti bulu mata palsu, sangat lentik dan indah. Dia tampak kesakitan setelah kupukul, namun menyodorkan kembali tangannya, ingin meminta maaf. Aku yang masih emosi luar biasa, masih terdiam dan kemudian mengingat harus bergegas ke kelasku. Efek sakitnya perutku juga membuat ubun-ubun terasa ingin pecah. Jadi kuabaikan saja tangannya itu sembari melewatinya. Namun tiba-tiba sebuah kantong plastik menabrak bahuku. Sial, sudah tidak tahu malu, kurang ajar lagi. Aku kesal sekali! Ingatkan aku untuk mengingat orang satu ini. "Ada roti dan susu disana. Tidak usah maafkan saya, tapi seenggaknya kamu harus makan biar bokongmu lebih berisi lagi setelah terbentur tangga." ujarnya datar sembari menuruni tangga. APA? Apa aku tidak salah dengar? Sial. Dia mengejekku tepos maksudnya?
4 parts