Gimana rasanya lelah nulis puisi tapi isinya dibilangin gaje sama semua orang? tapi tiba-tiba ada seseorang yang mengerti, suka dan ngajak ngobrol tentang setiap bait kata itu yang tak lebih dari sampah bagi orang lain? lalu lantaran ego orangtua, harus tinggalkannya tanpa pamit dan alasan sedikit pun. Tapi saat segalanya telah rela dilimpahkan hanya demi orangtua, mereka justru pergi, juga tanpa pamit--orphan. apakah Uxe akan jadi sampah daun tua yang setidaknya punya arti? atau jadi sampah yang sebenarnya? *** "Aku memang berusaha melupakannya. Tapi seperti virus pada sebuah flash disk yang coba aku hapus. Semua file penting corrupt, semua kenangan indah rusak. Maka terpaksa aku format flash itu, aku musnahkan kenangan itu. Tapi justru virusnya tak bisa hilang. Flash disknya tak bisa lagi kugunakan. Hanya tersisa virus itu di sana. Ingatanku tak bisa lagi menyimpan kenangan indah. Hanya derita ditinggalkan, kapan pun juga!" Pikir Eza. *** Uxe dan Eza adalah teman baik di SMP. Keduanya melankolis yang suka hal puitik. Bedanya, Uxe pintar merangkai kata yang indah sedangkan Eza menjadi pengamat yang baik. Seringkali berdiskusi soal ide dan kata-kata yang hanya dipahami berdua, mereka dianggap alien bersaudara oleh teman-teman satu sekolah. Tapi mereka tidak peduli dan tetap menikmati saling mengerti sesama. Uxe pergi tanpa pamit. Uxe hanya meninggalkan sebait puisi saat ujian sekolah terakhir di halaman belakang contekan lengkap yang ditulisnya sendiri. Eza begitu senang menerima contekan itu untuk yang ke seribu satu kalinya, juga yang terakhir kalinya. *** ...Inilah saat dimana dua impuls bertengkar dalam syarafku. Satunya impuls rindu, satunya lagi benci. Mereka sedang berlomba untuk sampai ke neuron motorik dan merayu efektor memerintahkan sesuatu pada tubuhku. Untuk yang kesekian kalinya, rindu masih lebih terlatih sebagai gerakan refleks bagi tubuh ini. Yeah..pelukan ini tak bisa kutahan.All Rights Reserved