Aku dan tubuhku
Membenci diri sendiri adalah pergumulan cukup berat.
Terlahir sebagai diriku adalah suatu luka tersendiri.
Aku adalah perempuan, dan aku membenci tubuhku bahkan ketika aku masih buta tentang perbedaan jender.
Aku membenci tubuhku karena aku adalah perempuan, sosok yang dijadikan mangsa bagi mereka yang haus seks.
Dulu aku tak paham apa itu, tapi itu menyakitkan. Dipaksa, dan aku hanya menitihkan air mata tak tahu kepada siapa memohon pertolongan.
Aku hanya seorang gadis kecil yang tak paham apapun, selain hanya mampu menahan kesakitan yang diciptakan oleh seseorang yang selalu membayangi hidupku hingga kini.
Mulutku ku bungkam berpuluh tahun, tak mampu mengisahkan kebenaran. Kau bertanya mengapa? Aku sendiri tak tau, gadis kecil polos, yang kepalanya belum mampu memikirkan sesuatu yang berat memilih bungkam, entah mengapa, aku bahkan tak ingat.
Saat gadis kecil ini bertumbuh dewasa dan paham akan banyak hal, melihat dunia yang lebih luas dari dunia belasan hingga puluhan tahun lalu, inilah kata ku. Kau bertanya mengapa? Ke-perempuan-an ku saja adalah petaka, ke-perempuan-an ku saja adalah kutukan. Kau masih bertanya mengapa?
Kebenaran pedih itu hanya akan menjadi batu kilangan yang menenggelamkanku dalam diskriminasi, stigma, dan hujatan. Kau masih ingin bertanya mengapa?
Mampukah kau membantuku melepas batu kilangan ini? Mampukah kau membantuku agar aku keluar dari lautan diskriminasi, stigma, dan hujatan? Tidak, pertanyaan ku bukanlah mampu ataukah tidak. Pertanyaan ku adalah MAUKAH KAU MEMBANTUKU? BUKAN HANYA MELEPAS BATU KILANGAN ITU DAN MEMBANTU KU KELUAR DARI LAUTAN JAHAT ITU. TAPI, MAUKAH KAU MEMBANTU KU DENGAN TIDAK LAGI MENGALUNGKAN BATU KILANGAN PADA LEHER KU DAN MELEMPAR KU KE DALAM LAUTAN MENGERIKAN ITU?
Aku Glori. Panggil saja Gege.
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.