Wajah Rafina kebingungan, bulir keringat mulai mengalir di pipinya.
"La..lalu...," bibir Rafina bergetar saat berbicara. "Raditya?"
Laki-laki di depanya itu tersenyum sambil mengaduk tehnya. Ia ambil koran pagi di sebelahnya. Lalu ia sodorkan kepada Rafina. Telunjuknya di atas suatu berita.
Mata Rafina terbelalak, mulutnya membentuk o. Nafasnya tercekat.
Pada halaman itu tertulis penemuan mayat seorang anak laki laki berumur 16 tahun dipinggir sungai B. Anak laki-laki itu berinisial RA. Tepat ditengah-tengah berita tersebut, terpampang pas foto setengah badan anak laki-laki berinisial RA tersebut dengan memakai seragam SMA.
Demi mematuhi kode etik jurnalistik, wajah anak tersebut diburamkan dengan mozaik, tapi masih terlihat jelas bahwa ia memakai kaca mata. Kaca mata yang mirip dengan yang dipakai Raditya. Namun editor koran tersebut sepertinya kurang jeli, karena badge nama pada dada kiri anak tersebut tidak ikut diburamkan, sehingga Rafina masih bisa membacanya.
RADITYA ARDIANSYAH
Rafina membacanya berulang-ulang, takut ia salah baca.
"Kau," Bibir Rafina bergetar. "Kau yang membunuhnya?"
"Well, dia cukup lezat untuk standar anak laki-laki," kata laki-laki di depan Rafina dengan tersenyum. Entah sengaja atau tidak, lelaki itu memperlihatkan taring tajamnya ketika tersenyum.
Rafina mematung mendengar jawaban lelaki itu. Otaknya mencoba memahami maksud semua yang terjadi padanya.
"Dan hari ini aku menginginkan kematian seseorang lagi,"
Rafina memandang lekat-lekat lelaki di depanya.
"Rafina Permata harus mati hari ini," kata Laki-laki itu dingin. "Karena hari ini adalah kelahiran Antanasia Maricara Jagiellon."
💞💞💞💞
Hello, welcome to my first wattpad creation😊
Feedback expected and apreciated, mohon tinggalkan komentar dan rate bila berkenan, terutama komentar membangun.
No copas
No plagiarize
Original creation by me😊
Rating 16+ ya, karena ada adegan kekerasan,darah dan sedikit softcore
Thanks a lot 💞
Di masa lalu, kehidupan vampir seperti dongeng yang diselimuti kabut keabadian dan misteri. Mereka hidup tersembunyi di balik kastil-kastil megah yang tersembunyi di puncak gunung atau di balik hutan lebat, jauh dari jangkauan manusia. Pada masa itu, para vampir dihormati, ditakuti, bahkan dipuja oleh sekte-sekte rahasia. Mereka memerintah dari balik bayang-bayang dengan tangan dingin dan takdir abadi yang menggantung di pundak mereka. Malam adalah takhta mereka, bulan purnama menjadi mahkota yang berkilau di langit kelam.
Di era itu, mereka melangkah dengan elegan, diselimuti pakaian-pakaian sutra yang berkilau dalam redupnya lilin-lilin besar di kastil. Sayup-sayup, suara musik klasik mengiringi pesta mereka, di mana manusia hanyalah alat pemuas dahaga, diundang atau ditangkap untuk menghidupi keinginan mereka. Perburuan adalah seni, dan manusia hanyalah pion di atas papan catur malam yang mereka mainkan tanpa belas kasihan.
Namun, waktu terus berputar. Di masa kini, kehidupan vampir telah berubah. Dunia tidak lagi dihuni oleh ketakutan dan takhayul seperti dahulu Mereka tak lagi mengenakan jubah panjang yang berdesir dengan langkah sunyi, melainkan jaket kulit atau setelan modern, mengendarai mobil mewah atau motor sport.
Manusia zaman ini pun skeptis-takhayul telah tergantikan oleh sains dan rasionalitas. Vampir hanyalah mitos yang menghiasi buku-buku fiksi dan layar perak. Namun, mereka tak menyadari bahwa beberapa di antara mereka, adalah makhluk legenda yang berhasil membaur tanpa terlihat. Dari mereka yang berhasil membaur, terdapat empat pangeran dari Kastil Nocturna.