13 parts Ongoing "Mungkin bukan salah kamu yang ninggalin aku, tapi ini salah aku yang terlalu jadiin kamu duniaku."
"Kamu tahu kehilangan apa yang lebih sakit dari kehilangan kamu? Iya, kehilangan diriku sendiri."
***
Tuan, surat ini kutulis ketika hatiku sudah tidak lagi bertuan.
Aku tidak tahu, apakah aku harus segera mencari pemilik sesungguhnya atau kubiarkan saja begini. Kebimbangan ini seperti kebimbangan saat melihat sebuah album lama yang telah usang dan berdebu, yang tak tahu harus dibiarkan saja tersimpan menjadi kenangan atau dibuang karena fotonya tidak bisa dilihat dengan jelas lagi. Setelah apa yang terjadi malam itu, aku seperti kehilangan arah.
"Semua manusia nggak mungkin bertindak tanpa alasan, Na. Semua orang pasti punya alasan dari setiap apa yang dia lakuin."
Kau selalu bilang kalau kau punya penjelasan atas apa yang kau lakukan. Namun, alasanmu itu tidak pernah kuduga. Sedetik saja ada di pikiranku pun tidak.
Tidak ada yang bisa kulakukan pada malam itu selain membeku, membisu, dan membiarkan air mata mengalir deras di pipiku.
"Kadang, memilih buat berhenti cari tahu itu lebih baik. Gue pikir itu lebih baik dibanding harus tahu fakta-fakta nyakitin yang susah buat diterima."
Ada beberapa yang bilang kalau kejujuran yang pahit lebih baik dibanding terus-menerus tenggelam di dalam sebuah kebohongan yang manis.
Namun, aku tidak tahu apakah aku menyesali keputusanku untuk mengetahui semuanya atau tidak. Semuanya mampu membuatku membisu.