Berawal dari tindakan tak terduga dengan menerima tantangan tanpa berpikir panjang dari lawan mainnya. Dialah Zavier Rifaldo Gustian, manusia dengan pamornya yang tinggi, berspekulasi ingin menyangkal pemikiran orang-orang terhadap dirinya. Zavier mengira, bahwa dengan menerima tantangan itu, asumsi orang tentang dirinya akan berubah, dan ternyata benar. Namun, dari pemikirannya yang pendek itu rangkaian pararel terjadi dan memporandakkan ketenangan hidupnya. Terlebih lagi saat Zavier tau kilas balik Izora Aldaristela, perempuan yang sempat menjadi pusat perhatian karena dirinya dan tidak disangka terdorong dalam satu cerita.
Bagai pungguk merindukan rembulan, peribahasa yang melekat pada diri Izora Aldaristela. Duduk bersedekap memandang bulan, berharap merasakan kembali dekapan juga perhatian yang sirna, menjadi rutis malamnya. Meski ia tidak hidup sendiri, namun rasanya seperti kerang yang terus tersapu ombak berusaha memperkuat cangkang agar tetap bisa melindungi diri hingga tepian. Bukan dengan protes pada skenario yang telah dia terima, melainkan menjalaninya dengan lapang dada juga senyuman yang menghiasi harinya.
Hingga akhirnya kilatan menyambar Izora Aldaristela, dan menariknya pada cerita baru, dengan mengenal Zavier Rifaldo Gustian. Entah ekspresi apa yang harus dia tampilkan, karena perjalanan cerita ini seperti tidak tau arah dan menyisakan pilihan terakhir; selain hanya dengan menyepakati dan menjalani fake relationship. Penuh hambatan juga sensasi, hambatan yang menyangkut kebiasaan pula sensasi yang bermain pada perasaan. Meski awal cerita mereka karena sebuah kekalahan, tapi waktu tidak pernah kalah untuk menumbuhkan sebuah perasaan dari dua rasa yang berbeda, karena adanya kebersamaan.
🖋start 7 Januari 2021