Story cover for The Doctor Difficult Word by Marshandaaa10072003
The Doctor Difficult Word
  • WpView
    Reads 524,892
  • WpVote
    Votes 31,462
  • WpPart
    Parts 54
  • WpView
    Reads 524,892
  • WpVote
    Votes 31,462
  • WpPart
    Parts 54
Ongoing, First published Apr 20, 2020
Sekuel dari 🚑 He's My Romantic Doctor 🚑

[End]

Judul pertama: Difficult Word

Mengisahkan perjuangan cinta dari seorang dokter spesialis Anestesi yang bernama Adinda Nifsihani yang berusaha meluluhkan hati sedingin es layaknya kutub Utara dan Selatan. Dia adalah dokter spesialis Jantung yang bernama Rivan Aditya.

Sifat keduanya yang bertolak belakang membuat Dinda jatuh bangun untuk terus mengejar Rivan, walaupun sudah ditolak berkali-kali ia pun tak pantang untuk menyerah begitu saja.

Dengan guyonan Dinda yang membuat siapa saja bergidik ngeri mendengarnya termasuk Rivan sendiri, malah tak membuat Dinda untuk menyerah karena satu prinsipnya.
'Jika sudah fokus ke satu titik, tidak ada kata untuk menyerah sebelum titik itu di dapat.'

Tapi, siapa sangka dibalik sikap dingin Rivan ternyata ada rahasia yang sudah ia sembunyikan sejak lama. 


"Apa susahnya sih buat ngomong cinta?"
-Adinda Nifsihani-

"Lo kayaknya udah overdosis sedot susu kaleng deh. Omongan lo ngaco!"
 -Rivan Aditya-
All Rights Reserved
Sign up to add The Doctor Difficult Word to your library and receive updates
or
#2bikinbaper
Content Guidelines
You may also like
NIDA ( END ) by demigodQuila
57 parts Complete
"Berhenti main main! Gue pengen serius." Tukas Aldi dengan wajah seriusnya, tanpa ada sedikit unsur candaan. Ia nampak sedikit gusar sebab wanita dihadapannya ini tak pernah menganggap ucapannya serius. Nida sedikit ketakutan saat laki laki didepannya itu menaikkan nada bicaranya. Ia juga terkejut,laki laki yang satu ini selalu menjadikan apapun seperti lelucon dan candaan, namun kini dia terlihat begitu serius membuat Nida tak mampu menjawab dan hanya bisa membisu. Sial! Kenapa jantungnya berdegup keras. Ya ampun Nida merasakan pipinya memanas. "Lo harus jawab, nona muda." Aldi mendekatkan tubuhnya pada gadis dihadapannya hingga jarak mereka semakin tipis. Aldi merendahkan pandangannya, sebab tinggi mereka tidak setara. Dan di sini jelas Nida lah yang tidak terlalu tinggi. Nida mengangkat kepala dan pandangannya. Aish! Jantungnya sangat berdegup kencang. "Runtuhin tameng hati gue. Buat gue percaya akan hal itu." Ujar Nida dengan bersikeras menahan degupan di dada nya. Seulas senyuman terukir di wajah indah Aldi, dia kemudian mengambil jarak kembali menjauhkan tubuhnya,sebab ia tahu bahwa gadis dihadapannya itu tidak nyaman. "Setelah gue berhasil, gue gak bakal lepasin lo. Gue yang akan jadi pemenang. Hm?" Terdengar jelas seperti tantangan Aldi berucap. Membuat Nida semakin kalut. Ahhg! Aldi selalu saja berhasil membuat desiran aneh dalam tubuh Nida. Demi apapun Nida ingin menendang Aldi jauh jauh saat jantungnya berdegup keras. Bisa semakin malu ia jika Aldi mendengar degupan jantungnya. Tanpa Nida sadari, ia lah yang terjebak oleh ucapannya itu. Antara hati dan logika. note : ( Beberapa adegan terinspirasi dari cerita orang sekitar. ) ( Dipublikasikan pada : 6 Juli 2020 ) ( End ) ( Dilarang copas, atau plagiat cerita ini! Mikir sendiri jangan seenaknya, lu kira nyari ide cerita segampang nyari upil? ) Rank 1 #Nida ( 8 Juli 2023 ) Rank 1 #pdkt ( 21 Juli 2023 )
You may also like
Slide 1 of 9
Love In Profession[End] cover
Dokter Hati [OPEN PO] cover
Tresno  cover
Jurnal Dokter Muda cover
HEART GAME (Completed) (Proses Revisi)  cover
Palpitasi Atrium  cover
NIDA ( END ) cover
Cinta di Balik Stetoskop  cover
Heartbeats of the ER [END] cover

Love In Profession[End]

42 parts Complete

-Cerita ringan dan enggak berbelit,semoga suka -Belum di Revisi Cut Syifa Azzahra adalah seorang mahasiswi kedokteran yang terpaksa harus berhenti mencapai impiannya dan menjadi guru di sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk kota lalu bagaimana kah pertemuan nya dengan seorang Dokter Muhammad Alzam yang menjadi relawan saat desa yang ia tempati sedang mengalami bencana alam ___ "ya allah , saya tidak punya hak untuk memarahi dokter, saya hanya mengingatkan, saya juga pernah telat tapi tidak marah saat di tegur" zara berjongkok untuk mengikat tali sepatunya yang lepas, dengan mulut tidak hentinya mengoceh "Pokok nya kamu memarahi saya zara! hati saya benar benar sakit" seperti biasa dengan tampang sok sedih dan satu tangan mengelus dada "sekarang apa lagi yang mau kamu lakukan? oh, saya tau, sepertinya kamu mau saya mati dengan tidak memberi saya makan pagi dan siang" zara menghela nafas pelan, mengumpulkan ogsigen, mengumpulkan ogsigen sebanyak banyaknya, rasanya beban hidupnya akan bertambah sekarang. oh tidak melainkan sejak kemarin