The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara.
Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian.
"Kita akhiri saja semuanya sampai di sini," lelaki bertubuh jangkung itu mengucapkan kata-kata itu dengan tegas kepada seorang wanita di hadapannya.
"Apa maksud kamu?" wanita yang mengenakan dress berwarna pink soft itu bertanya kepada lelaki di hadapannya. Bukan karena ia tidak tahu maksud pernyataan yang dilontarkan sang lelaki, namun lebih pada ia tak ingin menerima keputusan yang dibuat oleh lelaki itu.
"Kita putus," ujar sang lelaki lagi.
"Kenapa? Apa aku berbuat kesalahan?" tanya sang wanita.
"Ya, sejak awal kamu tahu bahwa hubungan diantara kita tidak akan berhasil. Aku mengiyakan untuk menjadi kekasihmu hanya karena desakan orang tuaku. Dan kamu tahu itu bukan keinginanaku...," ujar sang lelaki.
"Tapi, tidak bisakah kita tetap mempertahankan hubungan ini. Tidak bisakah. Aku mencintaimu Abhi...,"
"Kamu egois Nara. Kalau kamu benar mencintai aku kamu harusnya melepaskan aku, bukan mengurungku seperti ini," ucap sang lelaki.
"Lalu aku harus apa Abhi...?" tanya Nara kepada lelaki yang di panggil Abhi itu.
"Mari kita akhiri hubungan ini. Bilang pada orang tuamu kalau kita sudah tidak cocok lagi," ujar Abhi kepada Nara.
Nara hanya terdiam, ia menghela napasnya. Baginya Abhi adalah segalanya, namun berbeda halnya dengan Abhi. Bagi Abhi, Nara adalah penghalang. Penghalang hubungannya dengan Zoya dan juga semua mimpi-mimpinya.