Masa perkuliahan menjadi awal bagi Syafa Ardiningrum Apsari untuk memulai petualangan hidup baru. Dia memilih universitas yang sama dengan Ravadian Jovanich Feroz--senior sekaligus sahabat akrab kakaknya. Awalnya dia memutuskan jauh-jauh dari Rava demi peruntungan mendapatkan gandengan, sayangnya laki-laki itu justru terus menempelinya dengan alasan perjanjian sakralnya dengan kakak Syafa. Hingga pertemuan dengan senior penuh kharisma--Saga Danadyaksa--membuat Syafa memiliki keberanian untuk membuat penegasan. "Berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil. Aku sudah besar, dan aku perlu menjalani hidup normal sebagai wanita!" Rava pun memberi kelonggaran pada Syafa. Namun, saat tahu siapa laki-laki yang membuat Syafa berubah, mimik wajah Rava menjadi menegang. Dia tidak menyukai gagasan berpacaran dengan laki-laki bernama Saga adalah ide bagus. Karena dia tahu, berurusan dengan Saga hanya akan membuat Syafa terluka. Rava pun berusaha sebisa mungkin untuk membuat gadis itu berfikir ulang. Sayangnya, kebaikan dan pesona Saga telah membutakan hati Syafa. Gadis itu tidak akan pernah membiarkan orang lain masuk untuk mengacaukan intuisinya. Tidak, bahkan untuk Rava sekalipun.