Kepergian Zevannya bukan tanpa alasan. Luka, air mata, dan derita yang menghampiri, seakan menenggelamkannya ke dasar lautan. Pergi. Adalah satu-satunya cara agar ia mampu menghadapi kenyataan. Setelah dua tahun menghilang, akankah Zevannya bertemu bahagianya, atau justru derita berkepanjangan?