Azada Zayyan Rafardhan. Biasa dipanggil Zada. Sosok lelaki yang penuh diksi. Ia adalah pelengkap bait yang masih mencari seseorang untuk menjadi alasan atas pelengkap baitnya. Ia menjabat sebagai Ketua departemen Seni. Selain itu, ia juga penikmat senja pastinya. Seperti kebanyakan kalangan muda. Hingga suatu saat, rasa yang ia tuangkan sampai kepada pemilik ia berlabuh. Namun tak urung mendatangkan luka. Auzalyn Zea Dezara Afsheen. Biasa dipanggil Zea. Seorang gadis yang tidak terlalu bisa dalam bidang akademik. Namun sangat pandai bernyanyi. Apa yang ia nyanyikan, rasanya sampai kepada para pendengarnya. Mencoba untuk tidak menjelaskan secara rinci atas apa yang terjadi, ia lebih memilih menjabarkan; mengalunkan dalam setiap nada dari suara hati. Hingga nada itu menyentuh sosok yang penuh diksi. Membalut kata kata dengan nada. Namun karena sangat erat membalut, kata itu pecah. Nada-nada berhamburan bagai kaca yang telah menjadi serpihan. Kisah dalam nyanyian itu menjadi berantakan, ada satu bagian dari serpihan iti yang hilang. Satu dari mereka harus bisa menemukan, jika tidak kisah mereka akan sia-sia, selesai sebelum mereka sepakat untuk selamanya bersama. Zada membutuhkan keseriusan, sedang Zea selalu beranggapan bahwa kisahnya dengan Zada penuh dengan luka. Menyalahkan diri sendiri atas apa yabg terjadi berhasil mematahkan hati Zada yang selalu percaya kepadanya. Ini tentang kesalahpahaman dan sedikit keraguan untuk melanjutkan hubungan. Namun apa yang terjadi pada kedua remaja itu adalah tolak belakang yang perlu di luruskan. Jika saja hal ini berkepanjangan, apakah mereka mampu bertahan dalam ketidakpastian?All Rights Reserved
1 part