Suatu ketika, angin membawaku menujunya. Gadis manis dengan tahi lalat di bawah mata kanannya. Gadis dengan segudang mimpi dan harapan tiba di depanku. Seseorang yang memiliki hati yang polos, menanti tiada henti.
Suatu ketika juga, angin menghempaskan ku menuju tempat itu. Daratan luas dengan hamparan bunga dandelion. Dandelion. Bunga favorit gadis itu. Apalah arti keindahan dandelion tanpa ada bantuan hembusan sang angin.
Suatu hari juga, angin malam menuntunku menuju tepi pantai indah tempat gadis itu. Gadis itu sedang bernyanyi. Menjentikkan jari dengan indahnya. Ditemani sorot lampu taman, suara deburan ombak, dan seekor kucing yang tertidur pulas. Gadis itu tetap menyanyi. Tapi yang kurasakan, kata-katanya kosong.
Iya, kosong tak berarti.
Tapi, Suatu hal yang kosong tentu dapat diisi bukan? Tapi.... Bagaimana?
Tentang diriku. Tentang dirinya, cello, dandelion, dan angin.
Tentang seorang lelaki gila yang terobsesi dengan adik sepupunya sendiri.
17+
°°°
content warning: smoking, alcohol, abusive language, kissing, promiscuity, dark romance, criminal acts, etc.