Namaku mempunyai banyak makna, tergantung bagaimana orang lain melihatnya dari sudut pandang mereka.
Tidak terkecuali bagi orangtuaku.
Ayahku memberikan nama dalam Bahasa Sansekerta.
"Eka Ratna Sari" itulah namaku.
Panggil aku "Eka", atau "Ratna". Kecuali jika sedang dijahili oleh sepupuku, dia meledekku dengan salah satu merk serbuk minuman pereda panas dalam.
Kata ayah, namaku berarti :
"Anak pertama yang menjadi permata hati untuk kedua orangtuaku"
Sebuah doa meski bukan dalam Bahasa Arab. Aku yakin Allah mengerti semua bahasa.
Aku lahir sehari setelah R. A. Kartini dilahirkan, namun ditahun '97
Kata orang, aku anak dokter, bukan karena Ayah atau Ibuku berprofesi sebagai seorang dokter. Namun karena sejak kecil aku mudah sakit. Meski begitu, aku tidaklah lemah, Allah Menguatkanku.
Aku itu keras kepala, Ibu bilang karena sifat keras kepalaku, aku tumbuh menjadi sosok yang tidak mudah menyerah saat menghadapi kesulitan.
Aku hanya wanita biasa dengan cita-cita mengistimewakan orangtuaku. Salah satu hal yg membuatku bahagia adalah ketika melihat orangtuaku dengan bangga tersenyum karena prestasiku.
Beberapa orang memberikan julukan "cabe rawit" kepadaku, ini dikarenakan selama 6 tahun masa Sekolah Dasar, aku selalu mendapat rangking 1, meskipun aku tidak menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak.
Aku kecil dikenal oleh sebagai sosok yang pemalu. Berbeda dengan aku yang beranjak dewasa, aku menjadi sosok yang senang bercerita. Sampai-sampai salah seorang temanku memanggilku dengan sebutan "Nona Kereta Api".
Aku adalah salah satu pengagum para Nabi dan Rasul, serta tokoh-tokoh pejuang Islam.
Meski aku tidak bisa dikenang oleh banyak orang dari masa ke masa seperti mereka, setidaknya aku berusaha menciptakan kesan baik bagi dunia yang mengenalku. Aku ingin terus hidup dalam ingatan mereka meski kelak aku telah tiada.
Caranya? Melalui sebuah usaha yang pantang terhenti dan do'a yang selalu dilangitkan.
Sebuah pernikahan yang menyiksa bagi Kia, ia harus menikahi pria paling mengerikan yang pernah ia jumpai. Marco benar-benar pria yang tidak ada belas kasihan, dia bisa membunuh istrinya sendiri demi keinginannya sendiri, hal yang paling menyakitkan adalah saat Marco melempar tubuhnya dari lantai tiga dan yang membuat Kia tidak bisa berpikir dengan jernih adalah saat ia terbangun kembali setahun sebelum kejadian mengerikan itu.