Majesty : The SHADOWS OF THE CROWN PRINCE
  • Reads 167
  • Votes 5
  • Parts 4
  • Reads 167
  • Votes 5
  • Parts 4
Ongoing, First published May 03, 2020
"Ketika langit dengan suka cita menyambut, cahaya biru menerangi sinar bulan. Kemudian cahaya dari sang surya terbit tatkala malam, seakan menunjukkan suka cita. Satu napas telah terlahir di iringi tangis haru seluruh rakyat. Namun tatkala langit menggelap satu napas kembali bertambah, di saat itu  hendaknya junjungan dengan bijak menentukan. Atau duri akan berada di tengah istana menyakiti siapapun."

Ketika takdir telah menentukan siapa penguasa sebenarnya. Namun bumi bukan lah daratan yang mulus, arah jalan yang begitu panjang juga terjal. Penuh dengan kelokan tajam. Luka gores adalah hal biasa, sedang kehancuran bisa menimpa siapapun. 
 
"Ambisi ini tidak akan pernah hilang, meski engkau memohon dengan lemah lembut terhadap diriku." -Lucas Rhein.

"Maka katakan, apa engkau tega? membuatku mengkhawatirkan dirimu, sampai jantung ini hendak berhenti ketika melihat mu dengan penuh luka?" -Wynola Beatrix.

Dan Lucas telah mengambil begitu banyak langkah, terluka begitu banyak hingga begitu dalam. Jalan yang dia tempuh selalu ia lewati tak ubahnya Medan perang. 

Karena dialah pemilik sah dari Tahta Rousen.
All Rights Reserved
Sign up to add Majesty : The SHADOWS OF THE CROWN PRINCE to your library and receive updates
or
#961ratu
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
The Billionaire Prison cover
DESTROYED IN DESIRE | 🔞 |DARKROMANCE🖤 cover
SEÑOR V [ON GOING] cover
404! Not Found cover
Malapetaka 1980 [END] cover
Dipta and 3 Idiots cover
Spare Me Your Mercy (Indonesia Translate) cover
CEO Versus Dokter (Republish)  cover
The Antagonist ✅ cover
Raised by a Murderer 「Diasuh Oleh Seorang PEMBUNUH」 cover

The Billionaire Prison

56 parts Ongoing

[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertinggal." Ucap tegas lelaki jangkung dengan rahangnya yang mengeras. "Baik sir, tapi bagaimana dengan wanita itu?" Lelaki itu berjalan pelan, melangkahkan kakinya menuju layar besar yang memperlihatkan seorang gadis tengah meringkuk dikasur. Dia tersenyum miring."Bawa dia ke kamar ku." Pengawal itu kembali mengangguk mendengar perintah tuannya dan langsung bergegas menuju pintu keluar yang ada di balik lorong gelap. "Kali ini, tak ada yang bisa menyelamatkan mu." Ucap lelaki itu dengan nada sinis. Suaranya mendesis dan terdengar sangat berat dan dalam seolah menyiratkan sesuatu yang besar dan gelap akan terjadi sebentar lagi.