"Hei," "Aku mau tolongin dia! Nggak, dia nggak boleh meninggal! Aku mau ketemu dia sekali lagi, aku belum tau namanya siapa? Belum tau dia tinggal dimana? Aku belum tau semuanya. Aku mau main sama dia!" "NGGAK. NGGAK. AKU MAU DISINI, AKU MAU DISINI SAMPE DIA KESINI LAGI BUAT NEMUIN AKU! AKU HARUS MASTIIN KALO DIA MASIH HIDUP! TINGGALIN AKU AJA!" "BAHTERAAAAAA!" Semakin langkahnya mendekat ke arah Bahtera hingga berpapasan, suara itu semakin terdengar sangat kencang sampai-sampai terasa sangat nyata. Dermaga nyaris spontan menutup telinganya. Suara itu bukan hanya semakin kencang, tapi juga terngiang-ngiang karena diulang berkali-kali dan sangat cepat. Kemudian di penghujung kalimat, juga ada teriakan nama Bahtera yang meraung dan melengking. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa maksudnya ini? Jarak mereka mulai sama-sama menjauh, dan Dermaga menghentikan langkahnya kemudian menoleh sedikit ke arah Bahtera yang berjalan sudah jauh di belakangnya. Kenapa waktu papasan sama Si Ketos suaranya makin kenceng, dan makin cepat? Terus, kenapa dia manggil nama belakang Si Ketos juga?: batin Dermaga sesaat langkahnya mulai menjauh dari Bahtera, dahinya mengerut dalam. Bahtera menghentikan fokusnya dari buku gambar kecil yang sedang dia lihat-lihat sedari tadi berjalan, pandangannya menerawang kosong jalanan teras koridor. Kemudian sedikit menolehkan kepalanya ke belakang. Kayak ada yang manggil.: Batinnya. . . . Copyrights©May2020 by pixiedust©193trianna