Anak Madu

"Anak haram... Anak haram.." teman-temaku bermain sering sekali meneriakkan kata kata itu kepadaku. Saat itu usiaku belum genap 5 tahun, tadinya aku bahkan tidak tau apa itu anak haram.
Mereka yang sering mengolok oloku dengan sebutan itu sebetulnya masih saudara denganku. Mereka sepupu-sepupuku. Awalnya aku tak tau kenapa mereka selalu menyebutku seperti itu. Mungkin saat kalian mengetahui ceritaku, kalian pun akan mengataiku dengan sebutan yang sama.
"Mak, anak haram iku opo Mak?" Tanyaku pada mamak malam itu. ( Mak anak haram itu apa? )
"Sopo sing ngomong i kuwe anak haram Nang? Ucap mamak sambil tangannya sibuk mengupas bawang untuk dagangannya besok. (Siapa yang mengataiku anak haram nak?)
" Esih Mak, wau sonten" ucapku
( Esih mak, tadi sore)
Tanpa menjawab mamak meletakkan bawang bawang yang sedari tadi sibuk di pegangnya. Mamak lalu memelukku, lalu mamak mengusap rambutku, " Tak kandani le, awakmu Kuwi Dudu anak haram, awakmu Kuwi anake mamak. Wis Ra usah di gagas omongane Esih, sesuk tak jewere cah Kuwi". ( Mamak beri tahu nak, kamu itu buka anak haram, kamu itu anaknya mamak, sudah tidak usah di masukkan dalam hati omongan Esih, besok biar mamak jewer telinganya).
" Awakmu wis maem le? Iki mamak gawakno piting senenganmu, piting Iki khusus kanggo awakmu, wis Ndang di maem" ucap mamak sambil menyerahkan sepiring berisi 2 ekor kepiting rebus kepadaku. Mamak tau saja aku sangat suka makan kepiting.
Mak Taslima, mungkin beliau bidadari tanpa sayap yang di kirim Tuhan untuk menolongku.