"I Love you Adit." itulah isi DM-ku padanya.
"Sorry, i have no intention of dating i hope we just friends." maka itulah balasannya.
Wajahnya Adit itu muka-muka chinese gitu. Tinggi normal 170cm, kulit putih sedikit kemerahan di area wajahnya karena bintik-bintik bekas jerawat gak terlalu banyak. Hidung mancung, mata sipit bentuk bulan sabit, bibir tipis merah, dan rahang yang tak terlalu berbentuk sudut tumpul.
____________
"Ehem." Cak Wafii berdeham, "Na, janganlah menikah dengan pria lain. Maka menikahlah denganku."
Lalu Ibu Ida memasangkan cincin padaku yang di sambut shalawatan para lelaki yang menghadirinya.
Cak Wafii itu muka-muka lokal banget. Tinggi badan melebihi kapasitas jika di daerahku, 175cm. Kulit kuning langsat sedikit lebih gelap dariku, hidung mancung tajam, alis mata tegas nan tebal, rahang tegas memperlihatkan sudut tumpulnya, dan bibir sedikit tebal apalagi bagian bawahnya.
_______________
"Ali suka gak sama Wina?" ku kirim chat ke WA Ali dengan segala pertimbangan.
"Iya."
"Jangan boong Ali."
"Hhh iya Na."
"Maaf, aku lagi jaga perasaan yang memang harus aku jaga." itulah terakhir chat darinya setelah kelulusan itu.
Sesuai keturunan keluarganya, wajah Ali alami mencerminkan wajah timur tengahnya. Kulit cerah khas Asia, hidung mancul tebal, bibir sangat tipis, alis melengkung tegas, rahang tegas terlihat sudut tumpulnya. Tinggi badannya pun normal sewajarnya, 175cm.
Kalo kalian kepo aku ini muka-muka lokal banget, tinggi badan sangat lokal, 149cm. Cukup kok...
_______________
Bukan hanya sambutan cinta yang membuat kalian baper. Tapi alur hidup yang sungguh slow dan membosankan. Tapi akan menarik jika menyangkut-Nya.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan