"Kak," panggilku, "kenapa lo ajak gue kesini?"
Ale seperti sedang berpikir sebelum menjawab, "gak ada alasan jelas, lo unik aja."
Aku mengernyit, "unik gimana?"
"Reaksi lo sama sekali gak bisa gue tebak. Pertama ketemu lo marah-marah sama Marko, terus nangis, pas di pasar lo oke-oke aja. Tadi juga sama kayak gitu, lo marah-marah sama Marko, lo marah ke gue, kita makan, naik ombak banyu, lo bahkan ketawa, dan sekarang lo tenang."
Aku menatap matanya dalam, dan sialnya tidak menemukan secercah kebohongan di sana, sebelum ia kembali melanjutkan, "lo terlalu susah ditebak. Reaksi lo terlalu unik. And i think i like it."
Aku sama sekali tidak mengerti dari perkataan Ale yang terakhir. Sebelum akhirnya mengalihkan tatapanku, menolak untuk menatap matanya balik.
Ale terlalu berani, dan benar. Dia benar tentang reaksiku yang tidak terbaca.
***
Polosan cover dari mozza817
I got that amazing photo from @.thesoulfularts on Twitter.
Gue sama sekali tidak meng-klaim kalau foto tersebut punya gue.