Berputarlah dan berputarlah hingga kematian indah bersamamu
Bagaikan sipir kematian yang melihat denting jam malam menuju kematian, menjaga nisan terbalut dusta. Pancaran sinar rembulan—berwarna keperakkan—menambah suram suasana.
Dengan sepasang sepatu yang terisikan nota kematian dari peri pencabut nyawa—memaksa—menari untuk menghibur di tengah keramaian neraka.
Denting nada mengalun sumbang mengiringi sebuah tarian tanpa jeda, tak terputus, hingga napas tak berembus.
***
Kau merasa bersalah atas kematian sahabatmu. Kau membuat dirinya kehilangan seluruh impian, cita-cita, menyisakan isak tangis dalam raungan siksa kematian.
Kau ingin menyangkal, kematiannya beberapa waktu lalu karena kau merebut peran utama—yang seharusnya—menjadi miliknya, dengan menyabotase sepatu toe shoes miliknya sehingga saat putaran yang seharusnya indah menjadi suram, karena tulang kaki kawanmu, patah!
Kau tak pernah menyangka, kawanmu begitu depresi, memutuskan untuk mengakhiri hi
Perhatian.
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama tokoh , tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata & tidak ada unsur kesengajaan~
Terinspirasi dari Nadia Omara~ 😁